Langsung ke konten utama

MAGANG MAHASISWA DI DAERAH 3 T = MEMBOROSKAN ANGGARAN SAJA


Lagi-lagi Mendikbud Nadiem Anwar Makarim melontarkan gagasan yang sepertinya menarik kalau dibaca sepintas, tapi menyedihkan kalau tahu permasalahannya. Gagasan itu adalah membuka kesempatan kepada para mahasiswa untuk menjadi guru SD di daerah 3 T (tertinggal, terbelakang, dan terdepan) sebagai bentuk pelaksanaan Program Merdeka Kampus. 


Sekilas menarik karena akan menyelesaikan masalah kekurangan guru SD di daerah-daerah 3 T. Namun kalau cuma tiga bulan, itu sama seperti KKN saja, dan sampai sekarang, program KKN yang sudah berlangsung lebih dari 60 tahun, sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Karena kalau cuma tiga bulan itu maka itu hanya waktu untuk pengenalan lokasi saja. Mengajar anak manusia itu berbeda dengan menggergaji, yang begitu tiba di lokasi mesin gergajinya bisa langsung dinyalakan. Kalau mengajar anak manusia, begitu tiba di lokasi pengabdian, para mahasiswa itu butuh perkenalan dulu dan sosialisasi dengan lingkungan sekitar agar ketika bertemu dengan anak-anak di dalam kelas sudah lebih familier sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. 


Biila cuma tiga bulan, maka saat para mahasiswa itu mulai mengenal wilayah magang dan murid-murid-nya, mereka sudah harus balik lagi ke kampus masing-masing. Hal ini tentu amat menimbulkan kekecewaan pada para murid maupun masyarakat local, karena ibarat mau kasih makanan, makanan sudah di depan mulut tapi ditarik kembali. Itu sangat menyakitkan bagi masyarakat yang amat kekurangan guru dan berharap kepada para mahasiswa yang datang untuk menjadi guru yang baik, tapi sedang mulai mengenal masyarakat dan murid sudah balik lagi ke kampus. 

Jadi program tersebut selain memboroskan anggaran, karena untuk mengirimkan mahasiswa ke daerah-daerah tersebut memerlukan biaya yang besar, juga akan menimbulkan kekecewaan pada masyarakat setempat yang sudah berharap banyak pada para mahasiswa yang datang menjadi guru. 


Kalau concern Mendikbud adalah mengatasi kekurangan guru di daerah-daerah 3 T, maka jangan malu dan ragu mengulang kebijakan yang baik dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono yang melaksanakan Program SM3T (Sarjana Mengajar di daerah-daerah Terbelakang, Tertinggal, dan Terdepan), atau Program Indonesia Mengajar yang dilaksanakan oleh Anies Baswedan dengan perbaikan durasi waktu yang lebih panjang. Jika SM3T itu hanya setahun dan Indonesia Mengajar itu dua tahun, maka Mendikbud Nadiem Makarim bisa membuatnya 3-5 tahun. Rekrut sarjana-sarjana dari mana saja yang berminat mengabdikan dirinya untuk sesame di daerah 3T. Dengan waktu 3-5 tahun cukup untuk melakukan peletakan dasar pendidikan di daerah-daerah 3T. Mereka yang usai masa kontrak dan masih berminat menjadi guru di sana, kontraknya dapat diperpanjang, syukur dapat diangkat menjadi guru PNS. Melaksanakan kembali Program SM3T dengan perpanjangan durasi waktu jelas lebih bermanfaat daripada mengirimkan mahasiswa magang tiga bulan ke daerah-daerah 3 T. Terlalu mahal ongkos yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah untuk mahasiswa pergi ke daerah 3T hanya untuk magang selama tiga bulan. Benefit yang diterima oleh masyarakat local dibandingkan dengan cost yang harus ditanggung negara itu tidak cucuk (sesuai). 


KI DARMANINGTYAS, PENGURUS PERSATUAN KELUARGA BESAR TAMANSISWA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIODATA DARMANINGTYAS

BIODATA DARMANINGTYAS, menggeluti pendidikan sejak mulai menjadi mahasiswa baru di UGM, Agustus 1982 dengan menjadi guru di SMP Binamuda dan SMA Muhammadiyah Panggang, Gunungkidul, DIY. Pendidikan formalnya cukup Sarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selebihnya otodidak. Gelar “Profesor Doktor” diperoleh dari undangan, sertifikat, piagam, spanduk, dan sejenisnya; sebagai bentuk pengakuan nyata dari masyarakat.

Masyarakat Diajak Adaptasi

Pemerintah, melalui lembaga dan kementerian, mengeluarkan peraturan dan edaran perihal protokol atau pedoman kesehatan. Protokol itu berlaku di tempat masyarakat, industri, sektor jasa, dan perdagangan.

REFLEKSI DARI PELATIHAN GURU SASARAN DI LAMPUNG

Berikut saya sampaikan refleksi saya tatkala mendapat tugas untuk membuka dan kasih pengarahan pada pelatihan guru sasaran di Lampung tanggal 9 Juli lalu. Semoga refleksi in dapat menjadi bahaperbaikan proses pelatihan guru yang akan dating sehingga menjadi lebih baik.