Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Government moves to reopen schools amid COVID-19 risk: Are we ready?

By Ki Darmaningtyas   Education and Culture Minister Nadiem Makarim, together with the Religious Affairs Minister, Home Minister, and Health Minister have issued guidelines for implementation of limited face-to-face learning (PTMT). The expedited process is to be carried out with several considerations, including fully-vaccinated teachers, compliance with health protocols, combination with long-distance learning (PJJ) under a 50:50 scheme, and meeting a school readiness checklist before face-to-face learning (PTM) can begin. Schools whose teachers and staff are yet to be vaccinated can implement PTM if they receive permission from the local government. To prevent schools from turning into new Covid-19 clusters, classroom capacity is reduced to only 50%, with 1.5-meter social distancing. Also, during PTM, the school canteen must remain closed, sports and extra-curricular activities banned, as well as other non-academic activities. But outdoor learning is permissible. This means th

Peta Jalan Pendidikan Nasional

Ki Darmaningtyas Pegiat pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat Peta Jalan Pendidikan 2020-2035. Dalam peta jalan tersebut tergambar secara jelas mimpi-mimpi apa yang diharapkan terjadi dalam praksis pendidikan nasional, baik dari segi akses, kualitas pendidikan, maupun pendanaannya. Sebagai rumusan dari mimpi, tentu ia serba indah dan penuh optimisme. Akhir dari capaian dari peta jalan tersebut adalah terwujudnya masyarakat maju yang kompeten dan sejahtera. Dari segi akses, pada 2035 nanti angka partisipasi kasar (APK) seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah diharapkan mencapai 100 persen. Kondisi saat ini, APK pada tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) sudah mencapai 100 persen lebih. Namun untuk tingkat SMTA baru mencapai 93 persen. Untuk tingkat prasekolah baru 39 persen dan diharapkan akan mencapai 85 persen pada 2035. Adapun untuk pendidikan tinggi pada 2035 nanti diharapkan mencapai 50 persen, dari saat ini yang baru 30 persen. Artinya, kelak, 50 persen

Pencegahan Radikalisme melalui Satuan Pendidikan Mesti Menyeluruh

Pencegahan penyebaran paham radikalisme dapat dilakukan melalui satuan pendidikan. Namun, upaya yang ditempuh harus menyeluruh bukan hanya melalui pendidikan agama. Aktivis pendidikan dari Taman Siswa, Darmaningtyas, Selasa (6/4/2021), di Jakarta mengatakan, kesesatan berpikir yang umumnya terjadi adalah ketika menghadapi persoalan-persoalan sosial budaya, lalu mencari jawaban atas masalah itu pada agama. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia semestinya memperkuat logika berpikir anak-anak agar sejak kecil terbiasa berpikir rasional. ”Apabila mereka terbiasa berpikir rasional, mereka tidak mudah terpapar oleh pengaruh ataupun ajaran yang bersifat radikal dan menyesatkan. Sebab, mereka dengan daya kritis akan mempertanyakan kebenaran pengaruh ataupun ajaran,” ujarnya. Darmaningtyas memandang, agama cenderung dogmatis dan individu bisa terperosok pada paham radikalisme ketika memperoleh pelajaran agama yang cenderung bersifat dogmatis itu. Ini akan diperparah jika guru pengampu mata p