Langsung ke konten utama

MENGURAI KEBUNTUAN MANGGARAI - GAMBIR

Oleh: Darmaningtyas
Penulis adalah Ketua Instran (LSM Transportasi) di Jakarta
Dimuat di Harian Sore Suara Pembaruan, Kamis 23 Juli 2015

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada saat mengunjungi Stasiun Kereta Api Kampung Bandan (10 Juni 2015) mengemukakan bahwa Pemprov DKI Jakarta akan memanfaatkan lahan milik PT KAI untuk membangun rumah susun sewa (Rusunawa ) di Stasiun Manggarai dan Stasiun Kampung Bandan dengan model kerja sama. Pemprov DKI Jakarta akan membangun rusunnya, kelak rusun tersebut akan menjadi aset milik PT KAI. Gubernur Ahok mengaku terinspirasi dari India, yang membangun Rusunawa di pinggir rel KA sehingga orang-orang itu tinggal di dekat stasiun agar dapat menghemat biaya hidupnya. 


Gagasan Gubernur Ahok itu cerdas untuk mengurai kemacetan akibat dominannya kendaraan bermotor pribadi serta menekan biaya transportasi agar warga miskin bisa menabung. Meskipun demikian, implementasinya perlu kajian matang, terutama terkait dengan desain besar pengembangan KA di Jabodetabek. Bila tidak dikaji matang, kelak akan menjadi masalah baru di internal PT KAI sendiri, pada saat PT KAI memerlukan lahan yang luas untuk depo atau parkir kereta (stabling), sementara tanah tersebut sudah dibangun Rusunawa. Akhirnya, PT KAI akan kerepotan sendiri untuk mendapatkan lahan yang mereka butuhkan untuk depo. 

Oleh karena itu, jangan terburu bangun Rusunawa di Stasiun Manggarai dan Kampung Bandan. Seperti diketahui, Pemerintah telah menetapkan target bahwa pada 2018 (2,5 tahun lagi) KRL Jabodetabek yang dikelola oleh PT KCJ dapat mengangkut 1,2 juta penumpang per hari. Target itu sudah diturunkan dari target sebelumnya sebesar tiga juta jiwa. Pada saat ini jumlah penumpang KRL Jabodetabek baru sekitar 800.000 penumpang per hari. Artinya, masih memerlukan peningkatan jumlah penumpang 400.000 orang per hari. Target tersebut akan terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah perjalanan di wilayah Jabodetabek yang pada 2030 diperkirakan akan mencapai 55 juta perjalanan. 

Konsekuensi dari adanya target tinggi terhadap jumlah penumpang yang harus diangkut tiap harinya, perlu pembenahan di persimpangan sebidang agar tidak memacetkan lalu lintas, penambahan sarana (kereta), adanya prasarana yang cukup untuk depo atau stabling kereta, juga penataan stasiun yang selama ini menjadi bottleneck perjalanan KRL maupun KA jarak sedang/jauh. Kebutuhan lahan parkir tersebut seluas banyaknya KRL yang ada. Semakin banyak KRL yang tersedia, semakin butuh lahan parkir yang luas, sementara tidak banyak lahan milik PT KAI di Jakarta yang luas dan cukup untuk stabling atau depo. Salah satu lahan yang luas itu adalah di Kampung Bandan, Manggarai, dan Cipinang. 

Oleh karena itu, jumlah lahan luas terbatas, sementara kebutuhan untuk depo/stabling cukup banyak, maka penggunaan lahan milik PT KAI untuk keperluan non kereta api perlu diperhitungkan matang agar pada saat PT KAI perlu lahan untuk pengembangan KA, tidak mengalami kendala. Tentu akan ruwet bila lahan tersebut telah berfungsi sebagai Rusunawa. Pemisahan atau Terpadu? Sebagai seorang pengguna setia KA jarak sedang/jauh maupun KRL Jabodetabek, penulis merasakan betul bahwa ada problem besar yang perlu segera diurai oleh PT KAI dan Kementerian Perhubungan agar target mengangkut 1,2 juta penumpang pada 2018 dapat tercapai tanpa hambatan, yaitu menyelesaikan bottleneck antara Stasiun Manggarai – Gambir yang selama ini menyebabkan tertundanya perjalanan KA, baik jarak sedang/jauh maupun KRL Jabodetabek. 

Pada saat ini, perjalanan KRL dari arah Tebet, Sudirman, dan Gambir selalu terhambat saat akan masuk ke Stasiun Manggarai. Kondisi yang sama dialami oleh KA jarak sedang/ jauh pada saat akan memasuki Stasiun Manggarai . KRL Jabodetabek Bogor/Bekasi – Jakarta Kota juga mengalami tundaan perjalanan pada saat akan memasuki Stasiun Gambir, karena harus antre sinyal dengan KA jarak sedang/jauh. Rata-rata tundaan itu berkisar 3-10 menit, tapi beberapa kali penulis mengalami tundaan lebih dari 20 menit. Tundaan akan semakin sering terjadi jika ada penambahan perjalanan KA jarak sedang/jauh maupun KRL Jabodetabek.

Pada saat musim mudik, KRL Jakarta – Bekasi pasti mengalami tundaan karena harus ngalah terhadap KA jarak sedang/jauh yang ke/dari arah Jawa Tengah. Stasiun Manggarai menjadi bottleneck karena merupakan stasiun transit antara KRL dari Bogor/Bekasi menuju Kota maupun Bogor - Tanah Abang – Jatinegara, serta menjadi lintasan KA jarak sedang/jauh menuju/dari Stasiun Gambir. Sedangkan Stasiun Gambir menjadi bottleneck karena merupakan stasiun besar tempat pemberangkatan/ akhir perjalanan KA jarak sedang/ jauh untuk Kelas Eksekutif, dan dilintasi oleh KRL Jabodetabek lintasan Bogor dan Bekasi. Kecuali itu, karena posisi Gambir sebagai stasiun jarak jauh, akhirnya KRL Jabodetabek tidak dapat berhenti untuk menaikkan/menurunkan penumpang di Gambir. 

Padaha l , penumpang KRL Jabodetabek yang hendak turun di Stasiun Gambir itu banyak. Ada dua alternatif untuk mengurangi bottleneck Manggarai – Gambir itu. Pertama, membangun Manggarai sebagai stasiun terpadu antara KA jarak sedang/jauh dan KRL Jabodetabek. Secara teknis tinggal memilih mana yang di atas dan mana yang di bawah. Bisa saja stasiun jarak sedang/jauh di atas dan stasiun KRL Jabodetabek di bawah atau sebaliknya. Bila alternatif pertama ini dipilih, secara otomatis lahan luas di Manggarai itu akan efektif digunakan untuk depo KA jarak sedang / jauh maupun KRL Jabodetabek , tidak untuk Rusunawa. 

Alternatif kedua adalah membangun stasiun terpisah antara stasiun KA jarak sedang/jauh dengan KRL Jabodetabek. Misal, stasiun KA jarak sedang/jauh dibangun di Cipinang, sedangkan Stasiun KRL Jabodetabek dipusatkan di Manggarai. Dengan demikian, lahan luas di Manggarai digunakan untuk parkir KRL Jabodetabek. Pilihan kedua ini lebih rasional karena perjalanan masing-masing KA tidak akan saling terganggu. Perjalanan KRL Jabodetabek yang melintas Stasiun Gambir akan lancar, demikian pula perjalanan KA jarak sedang/jauh tidak terganggu karena tidak perlu antre sinyal di Stasiun Manggarai, sekaligus memanfaatkan keberadaan Stasiun Cipinang yang cukup luas, namun sampai sekarang belum berfungsi optimal. 

Pemindahan stasiun jarak sedang/jauh dari Gambir ke Cipinang ini rasional mengingat seluruh perjalanan KA Eksekutif yang berangkat dari/berakhir di Gambir mengarah ke/dari timur, sehingga pemindahan itu selain tidak akan saling terganggu, juga lebih mempersingkat perjalanan. Lahan di Stasiun Cipinang yang cukup luas dan tersedia double-double track, memungkinkan dibangun stasiun KRL Jabodetabek sehingga penumpang yang akan naik KA Jarak sedang/jauh atau sebaliknya akan naik KRL Jabodetabek, dapat transfer di Cipinang. Kekhawatiran PT KAI bahwa bisnis di Stasiun Gambir akan mati bila stasiun jarak sedang/jauh dipindahkan dapat terhindarkan apabila Gambir dijadikan sebagai stasiun KRL Jabodetabek, sekaligus stasiun pengumpan menuju ke Cipinang dan Senen. 

Posisi Gambir yang strategis akan menjadi pilihan pertama sebagai meeting point yang ideal bagi pengguna KA (KRL dan jarak sedang/jauh). Jarak Stasiun Gambir – Cipinang yang bisa dicapai dalam waktu 15 menit, membuat orang akan memilih didrop/parkir kendaraan di Gambir dan menuju Stasiun Cipinang naik KRL Jabodetabek, sehingga semua tenan di Gambir akan tetap laku, dan target mengangkut 1,2 juta penumpang pada 2018 pun dapat dicapai dengan mudah, namun Rusunawa tidak bisa dibangun di sana. 

Mengingat upaya mengurai kebuntuan di Stasiun Manggarai – Gambir ini proyek berskala besar, maka perlu dipikul bersama antara PT. KAI dan Kementerian Perhubungan. Syaratnya, Perpres No. 83/2011 tentang Penugasan pada PT KAI untuk menyelenggarakan prasarana dan sarana KA di Jabodetabek perlu dicabut. Terlalu berat bila beban tersebut harus dipikul oleh PT KAI saja. 

Komentar

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIODATA DARMANINGTYAS

BIODATA DARMANINGTYAS, menggeluti pendidikan sejak mulai menjadi mahasiswa baru di UGM, Agustus 1982 dengan menjadi guru di SMP Binamuda dan SMA Muhammadiyah Panggang, Gunungkidul, DIY. Pendidikan formalnya cukup Sarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selebihnya otodidak. Gelar “Profesor Doktor” diperoleh dari undangan, sertifikat, piagam, spanduk, dan sejenisnya; sebagai bentuk pengakuan nyata dari masyarakat.

Masyarakat Diajak Adaptasi

Pemerintah, melalui lembaga dan kementerian, mengeluarkan peraturan dan edaran perihal protokol atau pedoman kesehatan. Protokol itu berlaku di tempat masyarakat, industri, sektor jasa, dan perdagangan.

REFLEKSI DARI PELATIHAN GURU SASARAN DI LAMPUNG

Berikut saya sampaikan refleksi saya tatkala mendapat tugas untuk membuka dan kasih pengarahan pada pelatihan guru sasaran di Lampung tanggal 9 Juli lalu. Semoga refleksi in dapat menjadi bahaperbaikan proses pelatihan guru yang akan dating sehingga menjadi lebih baik.