Langsung ke konten utama

MEWUJUDKAN INTEGRITAS MELALUI PENDIDIKAN

OLEH: DARMANINGTYAS
Dimuat di Koran Tempo Hari Selasa, Tanggal 19 Mei 2015

Hasil Ujian Nasional (UN) 2015 tingkat SMTA (SMA/SMK/MA) telah diumumkan (15 Mei lalu). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang selalu ada pengumuman daerah peraih nilai UN tertinggi dan terendah, pengumuman yang dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini hanya sebatas hasil UN saja dan indeks integritas kejujuran daerah dalam UN.

Terlepas adanya gugatan mengenai parameter yang digunakan untuk mengukur indeks integritas, namun secara substansial pengumuman indeks integritas daerah dalam melaksanakan UN 2015 ini penting dan relevan dengan tujuan pendidikan nasional.  Pengumuman indeks integritas itu terkait dengan proses pendidikan, bukan hasil saja. Menteri Anies Baswedan ingin melihat proses UN itu jauh lebih penting daripada hasilnya. Sehingga meskipun dari segi hasil UN, DIY bukan peraih bilai tertinggi, tapi memiliki indek integritas yang tinggi karena dalam proses tingkat kecurangannya rendah. Ada tujuh provinsi yang dinilai memiliki tingkat kecurangan di bawah 20% dan 15 provinsi indeks integritasnya kurang dari 50%.

Besarnya persentase daerah yang memiliki indeks integritas rendah menunjukkan bahwa problem UN masih pada proses yang kurang jujur. Perubahan paradigma UN tidak secara otomatis diikuti perubahan sikap daerah dalam pelaksanaan UN. Ketidak-jujuran dalam UN umumnya disebabkan oleh ambisi pemimpin daerah yang ingin daerahnya memperoleh nilai UN tertinggi. Mereka tidak menyadari bahwa Kemendikbud telah mengubah paradigma UN sebagai pemetaan kualitas dan integritas kejujuran, bukan penentu kelulusan lagi, sehingga perilaku mereka masih tetap sama dengan sebelumnya.

Perlu ada kesepamahan antara Kemendikbud dengan daerah mengenai fungsi pendidikan sebagai media untuk melakukan rekayasa sosial dan budaya. Oleh karena itu, bila kita mengharapkan terbentuknya tatanan sosial dan budaya yang tertib, harmonis, toleran, jujur, menjunjung tinggi kemanusiaan, serta bertanggung jawab terhadap bangsa dan Negara; maka penyelenggaraan pendidikan mau tidak mau berdasarkan pada nilai-nilai yang akan dibangun tersebut. Tidak bisa, menghendaki lahirnya generasi yang jujur dan berintegritas melalui suatu proses pendidikan tidak berintegritas tinggi. Jadi, diperlukan konsistensi yang tinggi antara proses dengan hasil yang diharapkan. Semoga tatanan yang sudah mulai benar ini dapat dipertahankan, siapa pun rezim yang berkuasa.

Hal lain yang menarik untuk disimak adalah meskipun UN 2015 bukan sebagai penentu kelulusan, namun terjadi peningkatan nilai UN rata-rata 0,3 poin dari tahun 2014 lalu. Fakta ini mematahkan pernyataan sejumlah pejabat bahwa ketika UN tidak jadi penentu kelulusan, maka akan menurunkan semangat belajar anak. Ternyata, meskipun UN bukan sebagai penentu kelulusan, semangat belajar anak-anak tetap tinggi dan disertai tingkat kejujuran yang tinggi pula. Hal itu wajar karena mereka belajar tanpa tekanan apapun, sehingga bisa lebih rileks. Pelajaran yang dapat dipetik dari sini adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan itu jauh lebih produktif daripada menciptakan tekanan pada anak-anak sehingga menjadi stress. Kecuali itu, penggunaan teknologi komputer dalam UN 2015 yang dapat meminimalisir penyimpangan, juga patut diapresiasi. Terbukti bahwa teknologi mampu menjadi sarana rekayasa sosial yang handal.

Komentar

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIODATA DARMANINGTYAS

BIODATA DARMANINGTYAS, menggeluti pendidikan sejak mulai menjadi mahasiswa baru di UGM, Agustus 1982 dengan menjadi guru di SMP Binamuda dan SMA Muhammadiyah Panggang, Gunungkidul, DIY. Pendidikan formalnya cukup Sarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selebihnya otodidak. Gelar “Profesor Doktor” diperoleh dari undangan, sertifikat, piagam, spanduk, dan sejenisnya; sebagai bentuk pengakuan nyata dari masyarakat.

Masyarakat Diajak Adaptasi

Pemerintah, melalui lembaga dan kementerian, mengeluarkan peraturan dan edaran perihal protokol atau pedoman kesehatan. Protokol itu berlaku di tempat masyarakat, industri, sektor jasa, dan perdagangan.

REFLEKSI DARI PELATIHAN GURU SASARAN DI LAMPUNG

Berikut saya sampaikan refleksi saya tatkala mendapat tugas untuk membuka dan kasih pengarahan pada pelatihan guru sasaran di Lampung tanggal 9 Juli lalu. Semoga refleksi in dapat menjadi bahaperbaikan proses pelatihan guru yang akan dating sehingga menjadi lebih baik.