Langsung ke konten utama

KURIKULUM (2013) BERMASALAH

OLEH: DARMANINGTYAS
Dimuat di Koran Tempo, Tanggal 21 Februari 2014

Ketua DPR Marzuki Alie dalam Konvensi Pendidikan yang digelar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta (18/2 2014) melontarkan kritik tajam terhadap penerapan kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan Kurilum 2013. Menurutnya, Kurikulum 2013 akan menjadi warisan yang buruk bagi Kaninet Indonesia Bersatu II. Penerapan Kurikulum 2013 yang dipaksakan di akhir kabinet, justru akan menyisakan masalah bahkan hujatan pemerintah. Hal itu karena Kurikulum 2013 dicanangkan tahun 2013, sedangkan pada tahun 2014  pemerintahan Kaninet Indonesia Bersatu II selesai. “Saya khawatir 2014 belum final malah menimbulkan masalah. Mestinya Kemendikbud merevisi kurikulum terdahulu saja. Misalnya, materi yang kurang pendidikan karakter, tinggal tambahkan saja. Tidak perlu bikin kurikulum baru”, kata Marzuki.


Pernyataan Marzuki Alie ini tentu menghentak hadirin yang terdiri dari para tokoh pendidikan dan sekaligus pembaca media karena muncul sebagai judul pemberitaan di berbagai media (cetak, elektronik, dan online). Bagi ahli/aktivis pendidikan, apa yang dikemukakan Marzuki Alie bukan hal baru, mereka sudah melontarkan kritik sejak awal. Pertanyaan awal penulis ketika diajak bergabung dalam menyusun Kurikulum 2013 juga sama, mengapa tidak merevisi saja atau  tambal sulam saja? Tapi pernyataan tersebut menjadi menarik karena: Pertama, dikemukakan oleh seorang Ketua DPR dari parai yang berkuasa, sehingga itu mencerminkan kegalauan dari partai berkuasa tentang kemungkinan kegagalan Kurikulum 2013 dan itu akan dicatat dalam sejarah sebagai warisan terbutuk dari partai berkuasa. Kedua, dikemukakan di forum resmi yang membicarakan pendidikan dan dihadiri oleh para insan pendidikan, sehingga memiliki bobot lebih tinggi daripada dikemukakan sambil lalu ketika ditanya wartawan.

Apa yang dikemukan oleh Ketua DPR Marzuki Alie itu tidak salah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang dijalankan sedang mulai dipahami oleh para guru di daerah terpencil, tiba-tiba harus ganti dengan kurikulum baru yang lebih rumit pemahaman dan implementasinya. Berdasarkan pengalaman implementasi terbatas, guru juga mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum terintegrasi (dari semula berbasis pelajaran) dan kesulitan dalam memberikan penilaian yang sifatnya kualitatif. Kurikulum 2013 juga mubasir ketika penilaian akhir masih menggunakan Ujian Nasional (UN).

Penulis memahami betul kesulitan memahami Kurikulum 2013 ini. Jujur saja, sebagai salah satu anggota tim penyusun Kurikulum 2013, yang mengikuti perdebatan dari para ahli secara intens, baru bisa memahami maksud Kurikulum 2013 itu sembilan bulan kemudian dan itupun karena dibantu dengan membaca buku Susan M.Drake yang berjudul Creating Standards-Based Integrated Curriculum: The Common Core State Standards. Tulisan Susan M. Drake itu cukup memberikan pengertian yang gamblang mengenai konsep kurikulum terintegrasi seperti yang ada pada Kurikulum 2013. Bayangkan, penulis yang terlibat dalam perdebatan dan membaca buku-buku kurikulum sejenis saja memerlukan waktu panjang untuk sekedar memahami konsep Kurikulum 2013, apalagi guru-guru yang ditatar hanya tiga hari, bahkan dua minggu pun oleh instruktur yang tidak paham, tentu menjadi bingung.

Penulis masih ingat saat turut memberikan materi pelatihan kepada para asesor di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat (Juli 2013). Salah seorang instruktur menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Kompetensi Inti 1 (KI 1) itu adalah setiap memulai/mengakhiri mata pelajaran dengan berdoa. Tentu saja, penjelasan itu mengundang reaksi peserta yang terdiri dari para dosen. Beruntung, penulis ada di ruangan yang sama sehingga dapat mengoreksinya melalui suatu dialog yang panjang dengan salah seorang dosen yang kebetulan mengajar mata kuliah statistik. Setelah mendengar penjelasan dosen bahwa kegunaan statistik dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu mempermudah menyelesaikan masalah, maka penulis jelaskan, bahwa pada saat menjelaskan kegunaan statistik atau matematika dalam memecahkan masalah itulah guru dapat menjelaskan kepada murid bahwa selain melalui pendekatan yang rasional, pemecahan masalah dapat dilakukan dengan penyerahan diri kepada yang Illahi (aspek regilius), seperti diatur dalam KI 1.

Penjelasan penulis tersebut dapat diterima oleh para calon asesor, yang nantinya akan medampingi para guru mengimplementasikan Kurikulum 2013. Tapi jujur saja, penulis dapat memberikan penjelasan seperti itu karena terlibat dalam perdebatan penyusunan kurikulum, termasuk waktu perumusan Kompetensi Inti yang sebelumnya tidak dikenal dalam kurikulum nasional. Oleh karena itu, penulis tidak menyalahkan instruktur yang memberikan penjelasan keliru. Penulis yakin, mayoritas instruktur daya terima/tatarnya seperti itu. Tentu saja ini akan menyesatkan guru di lapangan karena saat ini, tanpa Kurikulum 2013 pun setiap memulai dan mengakhiri kegiatan selalu disertai dengan berdoa. Ini baru dalam tarap pemahaman konsep kurikulum yang memperkenalkan konsep Kompetensi Inti yang terbagi menjadi empat, yaitu Kompetensi Inti 1 (KI 1) berkenaan dengan sikap dan perilaku beragama, KI 2 berkenaan dengan sikap personal dan sosial, KI 3 berkenaan dengan pengetahuan, sedangkan KI 4 adalah penerapan dari pengetahuan yang dipelajari di KI 3. Pada taraf implementasi di lapangan, lebih rumit lagi karena guru SD harus mengubah mindset-nya dari mengajar mata pelajaran, menjadi mengajar sesuai tema, di mana mata pelajaran satu dan lainnya saling terintegrasi.


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Selamat siang pak Darmaningtyas, boleh saya minta personal kontak bapak? Saya ingin bertanya kepada bapak mengenai kurikulum :) Terima kasih :)

    BalasHapus
  3. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIODATA DARMANINGTYAS

BIODATA DARMANINGTYAS, menggeluti pendidikan sejak mulai menjadi mahasiswa baru di UGM, Agustus 1982 dengan menjadi guru di SMP Binamuda dan SMA Muhammadiyah Panggang, Gunungkidul, DIY. Pendidikan formalnya cukup Sarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selebihnya otodidak. Gelar “Profesor Doktor” diperoleh dari undangan, sertifikat, piagam, spanduk, dan sejenisnya; sebagai bentuk pengakuan nyata dari masyarakat.

Masyarakat Diajak Adaptasi

Pemerintah, melalui lembaga dan kementerian, mengeluarkan peraturan dan edaran perihal protokol atau pedoman kesehatan. Protokol itu berlaku di tempat masyarakat, industri, sektor jasa, dan perdagangan.

REFLEKSI DARI PELATIHAN GURU SASARAN DI LAMPUNG

Berikut saya sampaikan refleksi saya tatkala mendapat tugas untuk membuka dan kasih pengarahan pada pelatihan guru sasaran di Lampung tanggal 9 Juli lalu. Semoga refleksi in dapat menjadi bahaperbaikan proses pelatihan guru yang akan dating sehingga menjadi lebih baik.